Informasi Tidak Pernah Netral

--

Saya kerap melihat kutipan-kutipan motivasi, ayat dari kitab suci atau pun pendapat-pendapat orang-orang berpengaruh di dunia berseliweran di media sosial. Yang jelas kutipan-kutipan itu bukan tanpa tujuan melainkan digunakan paling tidak untuk beberapa hal; menormalisasi ideologi mereka, melegitimasi pendapat mereka atau mendelegitimasi pendapat orang lain. Yang menarik adalah fenomena ini menjelaskan bahwa semua bentuk bahasa yang kita gunakan baik secara simbol, ikon atau pun indeks tidak pernah bersifat netral.

Kita semua menyadari dan tentu sepakat bahwa bahasa itu adalah alat untuk berkomunikasi, menyampaikan ide, dan memahami satu sama lain. Tetapi, pernyataan bahwa bahasa adalah entitas netral adalah pemahaman yang terlalu sederhana. Bahasa, dalam segala bentuknya, adalah jauh dari kata netral. Bahasa merupakan cermin yang merefleksikan kompleksitas sosial, budaya, dan sejarah yang membentuknya. Bahasa pun tidak hanya sekadar kata-kata terstruktur yang dipahami hanya berdasarkan kacamata independent rule-governed system, yang menyoal perihal aturan-aturan bahasa saja (seperti: Fonologi, mofosintaksis dan semantik), sedangkan bahasa adalah sarana ekspresi kuasa dan identitas yang mendasar bagi setiap individu dan komunitasnya yang kemudian bahasa dianggap sebagai system of choice (yang dilihat dari: Pragmatik, Cognitif dan Sosiolinguistik)

Maka dari itu setiap wacana yang kita peroleh entah visual atau pun verbal sangat bisa dipastikan bahwa wacana tersebut mengandung ideologi dari si penulis/penuturnya.

Bahasa memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menciptakan hubungan emosional, mempengaruhi pemikiran, dan membentuk persepsi. Setiap kata, frasa dan kalimat yang kita pilih untuk digunakan adalah produk dari pengalaman kita, latar belakang budaya, dan nilai-nilai yang kita anut. Inilah mengapa bahasa selalu terkait dengan konteksnya dan siapa yang menuturkannya.

Misalnya, ada seorang politisi yang mengutip ayat-ayat kitab suci dalam proses kampanyenya. Apakah ayat suci itu digunakan untuk berdakwah? atau sebagai alat politik? Apakah tujuannya untuk membangun pemahaman dan persatuan, atau justru untuk memanipulasi perasaan dan keyakinan massa?

Atau Ketika seorang mahasiswa membagikan kutipan dari salah satu tokoh politik berpengaruh di masa lalu apakah Ia melakukannya untuk menginspirasi diskusi yang mendalam tentang sejarah dan ideologi, ataukah ia sekadar menggunakannya sebagai alat untuk mengukur temperamen dan reaksi orang lain dalam lingkungan kampus yang penuh ketegangan politik?

Di sinilah kita perlu meyakini bahwa bahasa itu tidak netral dan akan selalu mengandung intensi yang membenarkan diri sendiri, menyalahkan orang lain atau menormalisasi ideologi yang dianut penuturnya. Kesadaran akan hal ini merupakan usaha mengamankan diri ketika berenang-renang di lautan media sosial.

Maksudnya, kita perlu memahami bahwa bahasa sering kali digunakan untuk memperkuat ideologi atau pandangan tertentu. Ketika seseorang menggunakan bahasa untuk membenarkan dirinya sendiri atau kelompoknya, itu dapat menciptakan “filter bubble” di mana orang hanya mendengar atau membaca apa yang sesuai dengan keyakinan mereka sendiri. Ini bisa berdampak besar pada dialog antarbudaya dan perbedaan pandangan, karena orang cenderung terjebak dalam lingkaran informasi yang hanya memvalidasi pandangan mereka.

Oleh karena itu, sekali lagi, bahasa dalam segala bentuknya, adalah produk dari kompleksitas sosial, budaya, dan sejarah yang membentuknya. Fenomena penggunaan kutipan motivasi, ayat suci, atau pendapat tokoh berpengaruh di media sosial menunjukan bagaimana bahasa sering digunakan untuk memengaruhi pemikiran, membangun persepsi, dan menciptakan hubungan emosional.

Setelah membaca tulisan ini, pertayaannya adalah apakah tulisan ini bersifat netral? Tentu tidak.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

No responses yet

Write a response